Senin, 16 April 2012

Askep Katarak


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mata adalah salah satu dari panca indra manusia yang disebut dengan organ penglihatan. Mata merupakan suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks, menerima dan mengirimkan data ke kortek serebral. Seluruh lobus otak, lobus eksipital, dikhususkan untuk menerjemahkan citra visual. Ada tujuh saraf otak (SO) memiliki hubungan dengan mata : untuk penglihatan (SO II); gerakan mata (SO III, IV dan VI) : reaksi pupil (SO III) : pengangkatan kelopak mata (SO III) : dan penutupan kelopak mata (SO III), hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Katarak adalah lensa yang berkabut atau opak, pada inspeksi visual, katarak nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi dengan lampu senter, tidak timbul refleksi merah. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan, kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme. Pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar matahari atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.
Mata merupakan organ yang sangat penting sehingga asuhan dan perlindungannya merupakan hal yang utama sejak dilahirkan, perawat, sebagai salah satu tenaga kesehatan yang berperan sebagai, peneliti, pendidik, pengelolaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien, diharapkan dapat membatasi masalah keperawatan yang timbul pada klien dengan kasus gangguan penglihatan : katarak.



B.     Batasan Masalah
Berdasarkan ruang lingkup di atas maka kelompok akan membahas mengenai kasus gangguan penglihatan : katarak, beserta asuhan keperawatannya.

C.    Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui dan memahami definisi, patofisiologi, manifestasi klinis serta penatalaksanaan dari gangguan penglihatan : katarak.
  2. Untuk mengetahui serta memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan penglihatan : katarak.




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Definisi
Katarak adalah lensa yang terkabut atau opak. Pada inspeksi visual, katarak nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi dengan lampu senter, tidak timbul refleksi merah.
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kogenital) dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti diabetes melitus atau hipoparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama, sinar matahari (sinar ultraviolet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.

B.     Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju : mempunyai kekuatan refraksi yang benar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai infus air ke dalam lensa, proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.

C.    Manifestasi Klinis
1.      Gejala subjektif
a.       Penurunan ketajaman penglihatan
b.      Silau
c.       Gangguan fungsional karena kehilangan penglihatan.
2.      Gejala objektif :
Gejala objektif biasanya meliputi penyembuhan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak pada oftalmoskop.

D.    Klasifikasi Katarak
1.      Katarak Semil
Terjadi pada usia lanjut lebih dari 50 tahun. Perubahan lensa pada usia lanjut
a.       Kapsul
1)      Menebal dan kurang elastis.
2)      Mulai presbiopia
3)      Bentuk lamel kapsul berkurang/kabur
4)      Terlihat bahan granula.
b.      Epitel makin tipis
1)      Sel epitel
2)      Bengkak
c.       Serat lensa
1)      Lebih ireguler
2)      Serat sel rusak
3)      Brown sekrotik nukleus, sinar UV.
Secara umum katarak senil dikenal dalam 4 stadium, yaitu :

a.       Insipien
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
b.      Imatur
Sebagian lensa keruh dan belum mengenai seluruh lapisan lensa.
c.       Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa dan dapat disebabkan deposisi ion Ca yang menyeluruh.
d.      Hipermatur
Yang mengalami proses degenerasi lanjut dapat menjadi keras/lembek dan mencair.
2.      Katarak Juvenil
Biasanya terdapat pada orang muda terbentuk pada usia < 9 tahun dan > 3 bulan. Ini merupakan lanjutan dari katarak kongenital (terjadi sebelum/ segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun), bentuk lembek.
3.      Katarak Komplikata
Disebabkan oleh radang dan proses degenerasi seperti : ablasi retina, retinispigmentose, glukoma, tumor intra okular, dapat juga disebabkan oleh penyakit sistem endokrin (DM. hipoparatiroid, galaktosemi) dan keracunan obat. Katarak komplikata sebelumnya mulai dari daerah korteks/di bawah kapsul menuju di daerah sentral.

E.     Faktor-Faktor yang Memperberat Perkembangan Katarak
1.      Merokok
2.      Diabetes mellitus
3.      Penyalahgunaan alkohol
4.      Ketidak adekuatan masukan vitamin antioksidan dalam waktu lama.


F.     Evaluasi Diagnostik
Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan oftalmuskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.

G.    Penatalaksanaan
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Ada dua macam teknik pembedahan untuk pengangkatan katarak, yaitu :
1.      Ekstraksi katarak intrakapsuler.
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoproble, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Bedah beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi/abnormalitas. Instrumen bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada benda yang lembab. Ketika cryoproble diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada proble lensa kemudian diangkat secara lembut.

2.      Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler
Prosedur ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nukleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagian posterior mata, jadi mengurangi insidensi komplikasi yang serius.




H.   
Genetik
 
Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
 
WOC
 




























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A.    Pengkajian
1.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat Kesehatan Dahulu
1)      Apakah pasien menggunakan kaca mata atau lensa kontak ?
2)      Apakah pasien pernah mengalami cedera mata/infeksi mata ?
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang
1)      Apakah pasien mengalami kesulitan membaca ?
2)      Pandangan kabur
3)      Rasa terbakar pada mata
4)      Mata basah
5)      Pandangan ganda
6)      Dan bercak di belakang mata.
c.       Riwayat kesehatan keluarga
1)      Masalah mata apa yang terdapat dalam keluarga pasien-pasien
2)      Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga pasien ?

2.      Data Dasar
a.       Aktivitas / Istirahat
Gejala : kesulitan, tidur, ketidaknyamanan kerja.
b.      Sirkulasi
c.       Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis, perasaan tidak berdaya
Tanda : gelisah, cemas.
d.      Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya.

e.       Makanan dan minuman
Gejala : anoreksia, malaise
f.       Keamanan
Gejala : nyeri, silau / takut pada cahaya yang berlebihan.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri, berhubungan dengan cedera, inflamasi, peningkatan TIO, atau intervensi bedah.
2.      Ansietas berhubungan dengan gangguan penglihatan dan kehilangan otonomi
3.      Kurang pengetahuan mengenai perawatan praoperasi dan pasca operasi.
4.      Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
5.      Isolasi sosial berhubungan dengan keterbatasan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas pengalih dan aktivitas sosial sekunder akibat kerusakan penglihatan.


C.    Rencana Asuhan Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Nyeri berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah, atau pemberian tetes mata dilator
DS   :  - Klien mengatakan nyeri di bagian matanya.
          - Klien mengatakan dia tidak nyaman dengan cahaya yang terlalu terang.
DO  :  - Klien selalu menghindari cahaya yang terang
          - Klien tampak menahan sakit pada matanya.

Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam nyeri dapat teratasi
-  Nyeri dan TIO telah berkurang.
-  Edema berkurang
-  Peningkatan rasa nyaman
-  Menyenangkan kaca mata hitam setelah meneteskan tetes mata dilator
1.  Berikan obat untuk menyurangi nyeri dan TIO sesuai resep.
2.  Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul.
3.  Kurangi tingkat pencahayaan, cahaya diredupkan, diberi tirai/kain.
4.  Dorong penggunaan kacamata hitam pada cahaya kuat
1.  Pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO serta meningkatkan rasa nyaman.
2.  Mengurangi edema akan mengurangi nyeri
3.  Tingkat pencahayan yang lebih rendah, lebih nyaman setelah pembedahan
4.  Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator
2
Ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pascaoperasi pemberian obat.
DS   :  - Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya
          - Klien mengatakan dia takut dioperasi
DO  :  - Klien tampak ketakutan
          - Klien selalu bertanya tentang penyakitnya
Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam ansietas dapat teratasi
-  Menerima informasi yang diberikan
-  Tidak kaku/ketakutan berinteraksi dengan lingkungan
-  Berpartisipasi dalam kegiatan hidup sehari-hari yang mampu dilakukan.
-  Memakai metode koping dan mampu untuk bersantai

1.  Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan dan tingkat pemahaman, jawab pertanyaan, beri dukungan pada pasien, dan membantu pasien melengkapi dengan metode koping.
2.  Orientasikan pasien dengan lingkungan yang baru.
3.  Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu.
4.  Dorong partisipasi keluarga/ orang yang berarti dalam perawatan pasien
1.      Informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tak diketahui mekanisme koping dalam membantu pasien menghilangkan ketakutan, depresi, tegang.
2.      Pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas.
3.      Perawatan diri dan kemandirian atau meningkatkan rasa sehat.
4.              Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dan perawatan diri.

BAB IV
TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian
1.      Data Biografi
Pasien :
Nama                :  Tn. R
TTL                   :  Bengkulu, 11 Maret 1956
Jenis Kelamin   :  Laki-laki
Suku                 :  Serawai
Agama              :  Islam
Alamat              :  Jl. Timur Indah II No. 43 RT. 13
Keluarga :
Nama Ayah      :  Tn. S
TTL                   :  Manna, 10 Februari 1940
Agama              :  Islam
Pendidikan       :  SMP
2.      Genogram


 








Keterangan :
                   : Laki-laki
                   : Perempuan
                   : Meninggal
                   : Klien
                   : Ikatan Perkawinan
                   : Tinggal serumah

3.      Pola Sehat Sakit
a.       Alasan masuk RS : pasien datang ke RS karena matanya terasa nyeri dan merasa silau ketika ada cahaya yang terang.
b.      RKS : pasien datang dengan keadaan gelisah, takut dan tidak nyaman dengan cahaya yang berlebihan.
c.       RKD : pasien pernah menderita sakit mata sebelumnya dan pernah dirawat di RS.
d.      RKK : dalam anggota keluarga ada yang menderita katarak sebelumnya.

4.      Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Jenis Kebutuhan
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Pola Nutrisi :
a.  Makan
-   Jenis
-   Frekuensi
-   Porsi
b.  Minum
-   Jenis
-   Frekuensi
-   Banyak
Pola Eliminasi
a.   BAB
-   Bau/Warna
-   Konsistensi
-   Frekuensi
b.  BAK
-   Frekuensi
-   Warna
-   Bau
Pola Istirahat / Tidur
-  Waktu
-  Lama
-  Kesulitan Tidur
-  Pola Aktivitas


Nasi + lauk pauk + buah
3 x sehari
1 porsi habis

Air biasa + teh
Sesuai kebutuhan
± 8 gelas / hari


Khas
Padat
1-2 x sehari

3-4 x sehari
Kuning jernih
Khas

21.00-05.00 WIB
8 jam / hari
Tidak ada
Baik


Nasi lunak
3 x sehari
1 porsi tidak habis

Air biasa 
Sesuai kebutuhan
± 6 gelas / hari


Khas
Padat
1 x sehari

3-4 x sehari
Kuning jernih
Khas

22.00-04.00 WIB
6 jam / hari
Ada
Terganggu

5.      Pemeriksaan Fisik
a.    TTV
1)      Suhu Tubuh              :  37oC
2)      BB                            :  60 kg
3)      Pernafasan                :  24 x / menit
4)      TB                             :  ± 165
b.   Kulit
1)      Warna                       :  Hitam
2)      Turgor                       :  Baik
3)      Keadaan umum        :  Baik
c.    Kepala
1)      Bentuk                      :  Simetris
2)      Karakteristik rambut : Kuat
d.   Mata
1)      Bentuk                      :  Bulat simetris
2)      Reaksi cahaya           :  Tidak bisa melihat cahaya yang berlebih
3)      Daya akomodasi       :  Tidak baik
e.    Telinga
1)      Daun telinga             :  Baik
2)      Membran timpani     :  Baik
3)      Kebersihan                :  Baik
f.    Hidung dan Sinus :
1)      Ingus                         :  Tidak ada
2)      Penyumbatan            :  Tidak ada
3)      Peradangan               :  Tidak ada
g.   Mulut, tenggorokan dan leher
1)      Gigi                           :  Tidak lengkap
2)      Lidah                        :  Bersih
3)      Membran mukosa     :  Agak kering
h.   Pernapasan
1)      Pola nafas                 :  Normal
2)      Batuk                        :  Tidak ada
3)      Wheezing                  :  Tidak ada
i.     Ekstremitas
1)      Atas                          :  Baik
2)      Bawah                      :  Baik

B.     Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Nyeri berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi, intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilator
DS  : - Klien mengatakan nyeri di bagian matanya.
        - Klien mengatakan dia tidak nyaman dengan cahaya yang berlebih.
DO : - Klien selalu menghindari cahaya
        - Klien tampak menahan sakit pada matanya

Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam, nyeri dapat teratasi
-   Nyeri dan TIO berkurang.
-   Edema berkurang
-   Peningkatan rasa nyaman
-   Mengenakan kaca mata hitam setelah meneteskan tetes mata dilator
1.   Berikan obat untuk mengurangi nyeri dan TIO sesuai resep.


2.   Berikan kompres dingin sesuai permintaan
3.   Kurangi tingkat pencahayaan, cahaya diredupkan, diberi tirai/kain
4.   Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat.
1.  Pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO serta meningkatkan rasa nyaman.
2.  Mengurangi edema akan mengurangi nyeri
3.  Tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah pembedahan

4.  Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tidak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.





BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Katarak adalah lensa yang berkabut atau opak, pada inspeksi visual, katarak nampak abu-abu atau putih susu, pada inspeksi dengan lampu senter tidak timbul refleksi merah.
Manifestasi klinis dari katarak yaitu yang utama gejala subjektif, biasanya pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Faktor yang memperberat perkembangan katarak adalah merokok, diabetes melitus, penyalahgunaan alkohol, dan ketidak adekuatan masukan vitamin antioksidan dalam waktu lama.
Penatalaksanaan, dengan pembedahan katarak, yaitu ada 2 : ekstraksi katarak intrakapsuler dan ekstraksi katarak ekstrakapsuler.

B.      Saran
Dengan adanya pembahasan dalam mempelajari asuhan keperawatan klien dengan gangguan penglihatan, khususnya katarak, diharapkan mahasiswa benar-benar dapat memahami dan mampu menerapkan pengetahuan mengenai masalah gangguan penglihatan; katarak ini dalam memberikan asuhan keperawatan.






DAFTAR PUSTAKA


Brunner and Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8 Jakarta : EGC.

Barbaru. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Bandung : IAPK.

Mansjoer, Arif (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III. Jakarta : Media Aesculapius.

Linda, (2001). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC.